Perbedaan Sistem Transaksi Jalan Tol Terbuka dan Tertutup

02 Mei 202518 VIEWS
Informasi
Perbedaan Sistem Transaksi Jalan Tol Terbuka dan Tertutup

Sistem transaksi jalan tol di Indonesia terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu terbuka dan tertutup. Setiap jenis sistem transaksi jalan tol memiliki cara kerja, skema pembayaran, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Bagi pengendara, memahami perbedaan sistem transaksi terbuka dan tertutup di jalan tol sangatlah penting agar perjalanan lebih lancar, terutama saat musim mudik atau saat melintasi jalan tol antar kota yang panjang.

Dengan banyaknya ruas jalan tol di Indonesia yang tersebar dari Sumatera hingga Jawa, termasuk tol Trans Jawa, pengguna jalan tol harus mengetahui apakah ruas yang akan dilalui menggunakan sistem terbuka atau sistem tertutup.

Kesalahan dalam memahami sistem dapat menyebabkan kesalahan saat membayar tol, bahkan bisa saja pengguna akan dikenakan denda jika sistem tidak mendeteksi gerbang pengguna jalan tol dengan benar.


Baca Juga: Panduan Cara Mudah Cari Lokasi Gerbang Tol Terdekat


Apa Itu Sistem Transaksi Terbuka di Jalan Tol?

Sistem transaksi terbuka adalah mekanisme pembayaran jalan tol dengan transaksi non tunai di mana pengguna jalan tol hanya melakukan pembayaran satu kali, tepat saat memasuki jalan tol di gerbang tol masuk.

Dalam sistem transaksi terbuka, pengendara membayar tarif tol langsung saat masuk melalui gerbang tol masuk. Sistem ini tidak mempertimbangkan jarak tempuh, sehingga tarifnya flat untuk seluruh pengguna pada ruas yang sama.

Dalam sistem ini, pengguna jalan tol hanya perlu:

  • Menempelkan kartu e-toll di gerbang tol otomatis saat masuk.
  • Saldo e-toll langsung terpotong sesuai tarif tetap.
  • Tidak ada transaksi lagi saat keluar dari tol.

Sistem ini cocok untuk tol dalam kota yang cenderung pendek, padat, dan sering dilalui.

Pengoperasian sistem ini cukup sederhana, yaitu:

  • Pengguna jalan hanya perlu menempelkan kartu e-toll di gardu saat masuk.
  • Saldo uang elektronik akan langsung terpotong.
  • Tidak ada proses tapping saat keluar.

Proses ini dirancang agar kendaraan bisa tetap melaju tanpa harus berhenti dua kali, cocok untuk tol pendek dan padat.

Sistem ini memiliki beberapa keunggulan yang patut dipertimbangkan, seperti:

  • Proses transaksi lebih cepat, hanya butuh satu kali tapping.
  • Minim risiko kesalahan transaksi.
  • Efisien untuk ruas tol perkotaan yang sering digunakan.

Namun dibalik keunggulannya, ada juga beberapa kekurangan:

  • Tidak adil bagi pengendara jarak pendek.
  • Tidak fleksibel jika diterapkan di tol jarak jauh.


Oleh karena itu, penerapannya dibatasi hanya untuk jalan tol dengan karakteristik tertentu saja.

Berikut ini beberapa contoh tol yang mengadopsi sistem terbuka. Jika Anda sering melewati ruas-ruas ini, berarti Anda sudah familiar dengan sistem terbuka:

  • Tol Dalam Kota Jakarta
  • Tol Pondok Aren–Ulujami
  • Tol Jakarta–Tangerang (sebagian)
  • Tol Bali Mandara


Apa Itu Sistem Transaksi Tertutup di Jalan Tol?

Sistem transaksi tertutup adalah metode pembayaran tol yang mewajibkan pengguna jalan tol untuk melakukan transaksi non-tunai dua kali: pertama saat masuk gardu gerbang tol dan kedua saat keluar.

Sistem ini memastikan setiap pengendara membayar sesuai jarak yang ditempuh, sehingga lebih transparan.

Sistem ini memiliki alur berikut:

  • Kartu e-toll ditempelkan saat masuk tol.
  • Sistem mencatat tanda masuk.
  • Saat keluar, sistem menghitung tarif berdasarkan titik awal dan akhir.
  • Pengendara membayar di gerbang tol tujuan.

Proses ini membutuhkan saldo cukup dan kewaspadaan dalam menempelkan kartu di gerbang masuk. 

Berikut beberapa nilai tambah dari sistem ini:

  • Tarif adil karena dihitung berdasarkan jarak tempuh.
  • Cocok untuk tol antarkota dan jarak jauh.
  • Ideal bagi pengendara yang rutin melintasi ruas panjang seperti Trans Jawa.

Meski adil, sistem ini juga memiliki tantangan:

  • Harus menempelkan kartu dua kali (masuk dan keluar).
  • Jika gagal saat masuk, sistem akan menghitung dari gerbang terjauh dan pengguna akan dikenakan denda.

Sistem ini diterapkan di sejumlah jalan tol di Indonesia seperti:

  • Tol Jakarta–Cikampek
  • Tol Cipali
  • Tol Solo–Ngawi–Kertosono
  • Tol Trans Jawa (mayoritas ruas)


Ciri khasnya: Anda harus membayar sesuai jarak saat keluar dari tol.


Perbandingan Sistem Transaksi Terbuka dan Tertutup

Setelah memahami masing-masing sistem, berikut rangkuman perbedaan sistem transaksi terbuka dan tertutup di jalan tol.

1. ​Sistem Terbuka 

Jumlah Tapping: Sekali, saat masuk

Jenis Pembayaran: Flat, tidak tergantung jarak

Proses di Gerbang Tol: Cepat, cocok untuk perkotaan

Risiko kesalahan: Kecil, karena satu kali transaksi

Contoh tol: 

  • Tol Bali Mandara
  • Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) E1, E2, E3, W25, dan W2U
  • Tol Pondok Aren-Bintaro Viaduct-Ulujami
  • Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi)
  • Tol Jakarta-Tangerang
  • Tol Jakarta-Cikampek

2. Sistem Tertutup

Jumlah Tapping: Dua kali, saat masuk dan keluar

Jenis Pembayaran: Berdasarkan jarak tempuh

Proses di Gerbang Tol: Lebih lama, cocok untuk antarkota

Risiko kesalahan: Tinggi jika salah tapping saat masuk

Contoh tol: 

  • Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang)
  • Tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi)
  • Tol Cengkareng-Batuceper-Kunciran
  • Tol Kunciran-Serpong
  • Tol Cinere-Serpong
  • Tol Palimanan-Kanci


Daftar Ruas Jalan Tol dengan Sistem Transaksi Tertentu

Untuk memudahkan perencanaan perjalanan, berikut pembagian jalan tol di Indonesia terbagi berdasarkan jenis sistem transaksinya:

Daftar jalan tol dengan sistem transaksi terbuka.

Antara lain: 

  • Tol Bali Mandara
  • Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) E1, E2, E3, W25, dan W2U
  • Tol Pondok Aren-Bintaro Viaduct-Ulujami
  • Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi)
  • Tol Jakarta-Tangerang
  • Tol Jakarta-Cikampek
  • Tol Jalan Layang Cikampek (MBZ)
  • Tol Semarang Seksi A,B,C
  • Jalan tol dalam kota (Cawang-Tomang-Pluit)
  • Tol Bogor Ring Road (BORR)

Daftar jalan tol dengan sistem transaksi tertutup.

Antara lain: 

  1. Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang)
  2. Tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi)
  3. Tol Cengkareng-Batuceper-Kunciran
  4. Tol Kunciran-Serpong
  5. Tol Cinere-Serpong
  6. Tol Palimanan-Kanci
  7. Tol Semarang-Batang
  8. Tol Semarang-Solo
  9. Tol Jogja-Solo
  10. Tol Solo-Ngawi
  11. Tol Ngawi-Kertosono
  12. Tol Gempol-Pasuruan
  13. Tol Gempol-Pandaan
  14. Tol Pandaan-Malang

Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera)

  1. Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT)
  2. Tol Manado-Bitung
  3. Tol Balikpapan-Samarinda

Daftar jalan tol yang menerapkan kombinasi kedua sistem (tertutup dan terbuka).​

Antara lain:

1. Gardu Tol Surabaya-Gempol

  • Sistem terbuka: Segmen Dupak-Waru dan Waru-Sidoarjo
  • Sistem tertutup: Segmen Porong-Gempol

2. Gardu Tol Surabaya-Mojokerto

  • Sistem terbuka: Segmen Waru-Warugunung dan Waru-Sepanjang
  • Sistem tertutup: Segmen Mojokerto-Warugunung


Memahami Perbedaan Sistem Transaksi Jalan Tol untuk Perjalanan yang Lebih Lancar

Sistem transaksi terbuka dan tertutup di jalan tol memiliki mekanisme dan karakteristik yang berbeda. Dalam sistem terbuka, pengendara cukup melakukan pembayaran saat masuk gerbang tol. Sementara itu, sistem tertutup mengharuskan pengguna untuk melakukan tapping dua kali, membayar tol pada saat masuk dan keluar.​

Dengan mengenali perbedaan sistem ini, setiap pengendara bisa lebih siap, baik dari sisi kartu e-toll, saldo, maupun perencanaan rute. Jadi, selalu pastikan untuk mengetahui sistem transaksi yang digunakan sebelum memasuki ruas jalan tol.

Untuk memastikan kendaraan Anda selalu dalam kondisi optimal selama perjalanan, percayakan perawatan dan kebutuhan otomotif Anda kepada PT Astra Otoparts Tbk.

Kunjungi Astra Otoshop untuk mendapatkan produk dan layanan terbaik bagi kendaraan Anda. Dengan jaringan yang luas dan produk berkualitas, Astra Otoshop siap mendukung perjalanan Anda di setiap ruas jalan tol!

Untuk konsultasi lebih lanjut, hubungi Kami melalui nomor telepon 1500015 atau via WhatsApp


Topik :
Lainnya

Halaman :1